Selasa, 10 Agustus 2010

Angiolino Schiavio





Florence, 31 Mei 1934. Partai perempatfinal yang panas dan kasar, Italia lawan Spanyol. Spanyol unggul lebih dulu lewat Requeiro, tapi disamakan 1-1 oleh Italia melalui gol Ferrari pada masa injury-time.
Waktu istirahat menjelang perpanjangan waktu cuma lima menit, tapi wasit Louis Baert dari Belgia tampaknya belum akan memulai pertandingan. Rupanya karena 'tekanan' tertentu, Baert meneruskan masa istirahat bahkan sampai 25 menit. Misi terselubungnya adalah memberi kesempatan kepada tim medis Italia menyembuhkan luka-luka yang mendera tombak tajam, Angiolino Schiavio. Hampir 40.000 penonton berharap-harap cemas, apakah pelatih Vitorio Pozzo masih akan memasang Schiavio atau tidak.
Schiavio, yang mencetak hattrick kala menang 7-1 atas AS di babak penyisihan, akhirnya dapat meneruskan pertandingan. Tapi kondisinya yang buruk tak berdaya memberi kemenangan bagi Italia, skor 1-1 bertahan hingga usai.
Keesokan harinya, pada partai ulangan, Schiavio hanya menyaksikan dari pinggir lapangan ketika rekannya Giuseppe Meazza mencetak gol tunggal dan memberi kemenangan Italia atas Spanyol.
Schiavio sembuh, ia langsung berperan mengilhami gol Guaita saat Italia mengalahkan tim tangguh, Austria di semifinal. Tanggal 10 Juni 1934, 55.000 penonton di stadion Roma yang menyaksikan laga final, bangkit dari tempat duduknya dan memberi aplaus panjang kepada Schiavio. "Grande Schiavio."
Bersama Raimundo Orsi, pemain Argentina yang 'dibeli' Italia, Schiavio memberi bukti. Dua gol dari kedua pemain itu membawa Italia mengalahkan Cekoslowakia 2-1 dan membumikan trofi Jules Rimet di Italia. Total, Schiavio membuat empat gol di Piala Dunia 1934.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar